LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOPSIKOLOGI
BIOPSIKOLOGI
Nama Mahasiswa : Rizqi Zulfa Qatrunnada
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 Tahun
Pendidikan : Mahasiswa S1 Psikologi UGM
Nama Percobaan : Memeriksa Buta Warna
No Percobaan : VI
Nama Subjek : Ashlihatul Latifa
Nama Pemeriksa : Rizqi Zulfa Qatrunnada
Tanggal
Percobaan : 11 Mei 2012
Waktu Percobaan : 07:30 WIB
Tempat Percobaan : Gedung-K Fakultas Psikologi UGM
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mengetahui apakah subjek mengalami buta warna
atau tidak.
II.
DASAR TEORI
Beberapa lapis dibelakang
permukaan retina terdapat kombinasi sel-sel batang dan kerucut yang sangat
berperan dalam fungsi penglihatan mata. Sel kerucut (cone) bersifat fotopik serta berperan di siang hari yang peka terhadap warna, sedangkan sel batang (rod) adalah skotopik, yang peka terhadap cahaya, dan menjadi parameter
kepekaan retina terhadap adaptasi gelap-terang (Pinel, 2009).
Buta warna adalah suatu
kondisi ketika sel-sel
retina tidak mampu merespon warna dengan semestinya. Sel-sel kerucut didalam retina mata mengalami
perlemahan atau kerusakan. Dalam Kalat (2010), buta warna
dideskripsikan sebagai defisiensi penglihatan berwarna, sebuah gangguan proses
persepsi perbedaan warna. Penyebab buta warna adalah kondisi yang diturunkan
secara genetik. Menurut Ganong (2003) dalam Kalat (2010), buta warna merupakan
penyakit keturunan yang terekspresi pada pria, tetapi tidak pada wanita. Wanita
secara genetis sebagai carrier.
Istilah buta warna atau color blind
sebetulnya salah pengertian dan menyesatkan, karena seorang penderita buta
warna tidak buta terhadap seluruh warna. Akan lebih tepat bila disebut gejala
defisiensi daya melihat warna tertentu saja atau color vision difiency. Orang yang mengalami buta warna tidak hanya
melihat warna hitam putih saja, tetapi yang terjadi adalah kelemahan atau penurunan
pada penglihatan warna-warna tertentu misalnya kelemahan pada warna merah,
hijau, kuning, dan biru. Buta warna permanen biasanya terjadi karena faktor
keturunan. Sedangkan orang yang tidak mengalami buta warna dapat mengalami buta
warna apabila terjadi faktor-faktor tertentu seperti kecelakaan. Dalam Kalat
(2010) disebutkan bahwa pada kasus buta warna yang paling umum, individu
mengalami kesulitan untuk membedakan warna merah dan hijau. Sekitar 8% pria
adalah penderita buta warna merah hijau, sementara penderita wanita hanya 1%
(Bowmaker, 1998).
Tipe buta warna ada 3
(Widyastuti, M. et all, 2004), yaitu:
1.Monokromat atau buta warna
total (monochomacy)
Sering dianggap sebagai
buta warna oleh orang umum. Kondisi ini ditandai dengan retina mata mengalami
kerusakan total dalam merespon warna. Hanya warna hitam dan putih yang mampu
diterima retina.
2.
Dikromat atau buta warna parsial (dichromacy)
Yaitu keadaan ketika satu
dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan, yakni:
a.
Protanopia, sel kerucut warna merah
tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah atau perpaduannya kurang.
b.
Deuteranopia, retina tidak memiliki sel
kerucut yang peka terhadap warna hijau.
c.
Tritanopia, sel kerucut warna biru
tidak ditemukan
3.
Anomaly trikromat (anomalous trichromacy)
Yaitu mata mengalami
perubahan tingkat sensitifitas warna dari satu atau lebih sel kerucut pada
retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga
klasifikasi turunan pada trikromasi, yaitu:
a.
Protonomali, lemah mengenal warna
merah.
b.
Deuteromali, warna hijau sulit
dikenal.
c.
Trinomali, warna biru sulit dikenal.
|
Gambar 1 Gambar
2
III.
ALAT YANG DIGUNAKAN
1. Alat tulis
2.
Buku
Tes Ishihara
3. Lembar kerja laporan
4.
Stopwatch
IV.
JALAN PERCOBAAN
1. Lakukan di tempat yang cukup terang dan suasana
kondusif
2. Jarak mata dengan buku 0.5 sampai dengan 1 meter
3. Subjek diminta membaca 14 gambar yang tersedia
4. Periksa dulu dengan gambar 1, 2, dan 11 untuk
mengetahui apakah subjek menderita penyakit lain
5. Selanjutnya periksa subjek dengan gambar lainnya
6. Catat respon dan waktu yang diperlukan subjek untuk
menjawab tiap gambar
7. Cocokkan hasil jawaban subjek dengan kunci untuk
mendapatkan hasil praktikum
V.
HASIL PERCOBAAN
Subjek percobaan mampu
menyebutkan warna-warna pada buku ishihara dengan benar dan cepat.
Berikut lampiran tabel
percobaan:
No
|
Nama Gambar
|
Respon
|
Waktu (s)
|
Keterangan
|
1.
|
12
|
12
|
00:45
|
Normal
|
2.
|
8
|
8
|
00:65
|
Normal
|
3.
|
5
|
5
|
00:43
|
Normal
|
4.
|
29
|
29
|
00:17
|
Normal
|
5.
|
74
|
74
|
01:30
|
Normal
|
6.
|
7
|
7
|
00:42
|
Normal
|
7.
|
45
|
45
|
00:71
|
Normal
|
8.
|
2
|
2
|
00:83
|
Normal
|
9.
|
X
|
Tidak ada
|
00:90
|
Normal
|
10.
|
16
|
16
|
01:26
|
Normal
|
11.
|
X
|
Tidak ada
|
00:90
|
Normal
|
12.
|
35
|
35
|
00:80
|
Normal
|
13.
|
96
|
96
|
00:98
|
Normal
|
14.
|
X
|
Tidak ada
|
00:64
|
Normal
|
VI.
KESIMPULAN
Untuk mengetahui apakah seseorang mengalami buta warna dapat
dilakukan dengan
salah satu metode Ishihara. Metode Ishihara adalah suatu metode
untuk tes buta warna. Berupa lingkaran berwarna yang beberapa diantaranya
dirancang agar ada angka tertentu. Pada hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa
subjek percobaan tidak mengalami buta warna. Hal ini disebabkan sebjek
penelitian mampu menjawab pertanyaan dengan tepat saat penguji mengetes. Beberapa lapis dibelakang permukaan retina terdapat
kombinasi sel-sel batang dan kerucut yang sangat berperan dalam fungsi
penglihatan mata. Sel
kerucut (cone) bersifat fotopik
serta berperan di siang hari yang peka terhadap warna, sedangkan sel batang (rod) adalah skotopik, yang peka terhadap cahaya, dan menjadi parameter kepekaan retina terhadap adaptasi gelap-terang. Sel-sel kerucut (konus) didalam retina mata subjek tidak mengalami perlemahan atau kerusakan, sehingga subjek mampu
merespon tes yang diberikan secara tepat.
VII.
APLIKASI
1.
Seorang designer
menggunakan pengindraannya dalam pemilihan warna kain yang bermacam-macam corak
dan warna nya
2.
Manusia
mengkombinasikan warna pakaian dengan perpaduan yang tepat agar dapat menarik
perhatian (match)
3.
Dalam ilmu
grafis desain Komvis, kontribusi warna bagi kehidupan dan karya desain
Komunikasi Visual mengupas penggunaan warna sebagai intisari objek dalam berinteraksidengan dunia.
4.
Pengendara
sepeda motor berhenti saat rambu-rambu berwarna merah dan berjalan saat
rambu-rambu berwarna hijau
5.
Militer
menggunakan kombinasi warna agar dapat mengaburkan penglihatan musuh
6.
Simpan seekor
ayam di ruangan gelap dan taburkan beras di sekitarnya. Sinari ruangan dengan
dengan warna tertentu. Ayam akan mematuk beras dalam cahaya merah, kuning, dan
hijau, tetapi tak akan mematuk pada cahaya biru. Hal ini berarti ayam tak mampu
melihat cahaya biru dan oleh karena itu dikatakan buta dalam warna biru.
7.
Saat televisi
dimatikan layarnya akan terlihat berwarna kelabu, ketika tivi
dinyalakan terdapat bagian layar yang berwarna hitam, walaupun sebenarnya
terdapat lebih banyak cahaya. Persepsi hitam itu muncul karena adanya kontras
terhadap bagian telivisi lain yang lebih cerah. Kontras terjadi karena ada
perbandingan yang dilakukan dalam korteks serebrum. Seperti yang disebutkan
oleh teori retineks.
Yogyakarta, 12 Mei 2012
Penyusun
Rizqi
Zulfa Qatrunnada
Asisten : Nicodemus Rinato Yoga Ekoutomo
Nilai : A, A/B, B, B/C, C, C/D, D,
D/E, E
DAFTAR PUSTAKA
Kalat, James W. 2010. Biopsikologi Edisi 9 (Diterjemahkan oleh Dhamar Pramudito).
Jakarta: Salemba Humanika.
Pinel,
John P.T. 2009. Biopsikologi Edisi Ketujuh (diterjemahkan oleh Helly P Soetjipto dan Sri M Soetjipto). Yogyakarta:
Pustaka Pelopor.
Werner, A. 2007. Color constancy improves, when an
object moves: High-level motion influences color perception. Journal of Vision 7(14):19, 1–14.
Diakses dari www.journalofvision.com pada 11 Mei 2012 pukul 18:35 WIB.
Widianingsih, R. Kridalaksana, A. Hakim, Ahmad. 2010. Aplikasi
Tes Buta Warna Dengan Metode Ishihara Berbasis Komputer. Jurnal Informatika Mulawarman Vol 5 No.1. Diakses dari www.google.co.id
pada 11 Mei 2012 pukul 19:35 WIB.
Widyastuti, M., Suyanto, Yulianto, F. 2004. Tes Buta
Warna Berbasis Komputer. Jurnal Teknik Informatika. Diakses dari www.google.co.id
pada 11 Mei 2012 pukul 19:10 WIB.
http://colorvisiontesting.com/Demo%2520no.%252016.jpg.
Diakses pada 12 Mei 2012 pukul 07:30 WIB
http://www.toledo-bend.com/colorblind/Color29.jpg.
Diakses pada 12 Mei 2012 pukul 07:35 WIB
Aplikasi Tes Buta Warna: Dengan Metode Ishihara
Berbasis Komputer
Ratri Widianingsih, Awang
Harsa Kridalaksana, Ahmad Rofiq Hakim
Abstract
Pembangunan aplikasi tes buta warna dengan metode ishihara
berbasis komputer bertujuan untuk kegiatan tes buta warna yang menghasilkan
kesimpulan normal, buta warna parsial dan buta warna total, dan hasil tes
tersimpan di suatu database komputer. Metode untuk tes buta warna yang dipakai
adalah metode yang ditemukan oleh Dr. Shinobu Ishihara yaitu metode Ishihara.
Untuk pembangunan aplikasinya menggunakan tahapan analisis, desain dan implementasi.
Studi kasus dalam penelitian ini dilaksanakan untuk tes buta warna untuk
persyaratan tes kesehatan di POLTABES Samarinda. Untuk membangun aplikasi ini
digunakan Visual Basic 6.0 dan Microsoft
Access 2007. Penelitian ini telah menghasilkan suatu Aplikasi Tes Buta
Warna dengan Metode Ishihara Berbasis Komputer yang digunakan untuk tes
buta warna di POLTABES Samarinda. Dengan hasil keluaran
berupa print out Surat Keterangan Kesehatan
dengan menyebutkan hasil tes buta warna yaitu normal, buta warna parsial atau
buta warna total.
Kata kunci : Tes Buta Warna, Metode Ishihara
Tes Buta Warna Berbasis
Komputer
MariaWidyastuti,
Suyanto, Fazmah Arif Yulianto
Abstract
Color
blindness is a condition where someone could not see the difference between two
colors or more. There are some color blindness classifications, and so there
exist some methods to test whether or not someone has color-blind symptom (and
if so, in what classification). Ishihara test is a standard and simple world
wide-known and used test. Ishihara used 38 pages filled with multicolored dots
which some of them resembles numbers or colored-path. There are two most
important disadvantages of using Ishihara test tool. First, the tool (book) is
not easy to find (or buy), so anyone who wants to take the test usually go to
the doctor or some eye-specialist clinics. Second, the images shown in the book
were static. It means we can cheat the test by memorizing each number(s) appeared
on every page. Computer-based test can solve those two problems. The
application has been evaluated and tested in Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung.
The result shows, that this particular application can classify up to eight
color-blind types (protanopia, deuteranopia, weak protanomali, weak
deuteranomali, strong protanomali, strong deuteranomali, and both monochromat
complete color blindnesses).
Keywords:
color blind, Ishihara test.
1 komentar:
makasih,,-
Posting Komentar